Edukasi Tanggap Bencana Didorong Masuk Kurikulum Sekolah
Jakarta, MBGtoday.com, Edukasi dan pelatihan tanggap bencana didorong masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional sejak jenjang sekolah dasar hingga menengah.
Anggota Komisi V DPR RI Musa Rajekshah mengatakan, upaya sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat masih belum dilakukan secara masif dan menyeluruh.
Padahal, Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap berbagai jenis bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan longsor.
“Menurut saya, yang lebih penting lagi adalah bagaimana mensosialisasikan tentang tanggap bencana ini kepada seluruh lapisan masyarakat,” ujar Musa dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/11).
Ia mengapresiasi berbagai inisiatif edukasi yang telah dilakukan oleh BMKG dan Basarnas, seperti Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, Sekolah Lapang Iklim, Sekolah Lapang Gempa, serta kegiatan SAR Goes to School dan BMKG Goes to School. Namun, ia menilai kegiatan tersebut masih terbatas pada skala tertentu dan belum menjangkau seluruh daerah secara serentak.
“Program-program seperti Sekolah Lapang dan Goes to School itu bagus, tapi menurut saya belum dilakukan secara masif. Idealnya, sosialisasi ini bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” jelas Politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Karena itu, Musa menilai langkah paling efektif untuk menanamkan kesadaran tanggap bencana adalah dengan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah formal. Dengan demikian, nilai-nilai kesiapsiagaan dapat tertanam sejak usia dini dan menjadi bagian dari kebiasaan generasi muda Indonesia.
“Saya pernah sampaikan sebelumnya, alangkah baiknya kalau edukasi tanggap bencana ini masuk dalam kurikulum belajar mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Karena kalau sudah usia lanjut, biasanya hal-hal seperti ini sulit melekat di pikiran, kecuali dilakukan terus-menerus,” sebutnya.
Ia menambahkan, pembelajaran tanggap bencana sejak dini akan membantu membentuk sumber daya manusia yang tangguh, adaptif, dan siap menghadapi potensi bencana di wilayah masing-masing.
“Kalau ini masuk ke kurikulum, akan menjadi ingatan dan habit untuk SDM generasi kita ke depan,” tandasnya.

